Selasa, 05 Februari 2008

Selamat Tahun Baru Imlek 2559

(Suara Merdeka) - Kamis, 7 Februari besok dicatat sebagai Tahun Baru Imlek 2559. Sudah beberapa tahun terakhir ini tahun baru China itu dikategorikan sebagai hari libur nasional. Bukan hanya kaum tionghwa saja yang bergembira, masyarakat kita secara keseluruhan bisa menerimanya dengan lega hati tanpa syakwasangka. Kenapa ? Karena realitas masyarakat kita memang beragam, satu dan lainnya diberikan kesempatan yang sama untuk mengekspresikannya. Kita tidak usah memutar jarum jam ke belakang karena di sana yang ada hanyalah catatan-catatan buruk. Sebaliknya, kita membuka lembaran baru yang lebih putih untuk kemudian kita isi dengan catatan-catatan penuh kegembiraan, kebaikan dan kebajikan.
Besok kita menyaksikan para sahabat, tetangga dekat dan jauh, dan juga kerabat merayakan hari penuh dengan kegembiraan itu. Ada kue keranjang yang nikmat dan lezat, ada pembagian angpao, ada pasar tiban, ada pernik-pernik lampion yang semuanya memberikan gambaran tentang kegembiraan. Seperti juga tahun baru yang lain, apakah tahun baru Masehi, Islam, atau pun Jawa selalu memunculkan harapan akan datangnya keadaan yang lebih baik dari sisi kehidupan masyarakat, melimpahnya rejeki, dan dijauhkannya dari masalah dan malapetaka. Datangnya tahun yang lebih baik bagi kehidupan di bumi dan langit tentu ditunggu oleh siapa pun.
Tahun Baru Imlek juga bernuansa seperti itu. Setiap individu yang merayakannya pastiklah akan memohon kepada Thian agar diberikan keselamatan dan dilimpahkan rejeki yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Permohonan seperti itu akan selalu ada pada setiap individu berkesadaran yang merasa dirinya butuh akan kehadiran "kekuatan lain" yang bukan berasal dari dirinya. "Kekuatan lain" itulah yang dimohon bimbingannya agar manusia tidak terjerumus dan terjerat oleh masalah demi masalah, tetapi diberikan berkat agar terhindarkan marabahaya di samping diberikan kesentausaan hidup yang lebih baik. Itu sebabnya kenapa di saat Imlek, orang merasa perlu bergembira dan berbagi untuk sesama.
Berbagi kepada sesama bisa dalam banyak bentuk, apakah berbagi kue, angpao, makan bersama yang semuanya sebenarnya berpangkal pada kesadaran hidup bersama. Manusia berkesadaran seperti itulah manusia yang bijaksana. Sedangkan manusia bijaksana adalah manusia yang selain bisa melihat realita sejati dan dengan demikian memiliki pengetahuan sejati, juga kesadaran dan keyakinan sejati. Oleh sebab itu manusia harus berpengetahuan karena itulah yang akan membawanya pada kesadaran dan keyakinan sejati. Bentuk akhir dari kesadaran hidup bersama itu kemudian diwujudkan dengan amal kebaikan, berbagi kebajikan dan memahami keberadaan dalam masyarakat.
Amal kebaikan, berbagi kebajikan dan memahami keberadaan itu sebuah bentuk kesadaran yang bisa diaktualisasikan ke dalam keluarga kecil, keluarga besar, tetangga dan keluarga bangsa. Jika kesadaran seperti ini ada pada setiap individu dalam masyarakat, maka secara niscaya akan sumrambah dan mengejewantah dalam kehidupan bersama yang rukun, damai sekaligus sejahtera. Kehidupan tata, titi, tentrem karta tur raharja itu tidak bisa berdiri dengan bersandar pada egoisme yang diekpsresikan dalam sikap-sikap nggugu benere dhewe. Untuk itu, setiap kita perlu merasa terus mengasah diri agar hati nurani senantiasa menuntun kita pada kehidupan bersama.
Kita tentu berharap, Tahun Baru Imlek 2559 ini memberikan inspirasi baru dan segar untuk kehidupan bersama yang lebih baik. Kehidupan bersama yang terus dipersegar, diberi isi, dan diaktualisasikan secara konsisten akan memberikan dampak yang luar biasa dalam menjaga keutuhan rumah tangga besar yang bernama Indonesia. Kini kita dengan lega hati dan penuh kegembiraan bisa menyaksikan perayaan Imlek di berbagai sudut kota secara terbuka. Tidak ada lagi batasan dan syakwasangka. Dan, kita pun percaya mereka yang merayakan akan menggunakannya sebagai momentum untuk terus melakukan perbaikan diri pribadi dan masyarakatnya. Selamat Tahun Baru Imlek 2559.

Tidak ada komentar: